Pasar Legendaris Penambangan yang Eksis Sejak Zaman Belanda
Pasar Penambangan,
Balongbendo, atau biasa disebut dengan Pasar Surungan, sesuai data yang
tertulis di surat tanah (kretek), sudah ada sejak 1912. Keberadaannya
menjadi bagian dari sejarah Desa Penambangan.
Tanah seluas 3.400 meter persegi sudah ada
sejak tahun 1912, OLeh karena itu, bisa dipastikan pasar di
samping Kali Surabaya dan Kali pelayaran ini tergolong salah satu pasar tertua di Kabupaten
Sidoarjo.
Lantas, mengapa disebut Pasar Surungan?
Ada dua versi cerita tentang nama pasar yang jadi jujukan
warga Balongendo Sidoarjo hingga Wringinanom Gresik, itu.
Versi pertama, pasar tradisional itu
disebut Surungan karena penjual dan pembeli yang menyeberang sungai
dengan tambang sering berhenti di tengah sungai. Perahu tambang
sering tersangkut lumpur di sungai. Perahu pun tidak bisa jalan. “Masyarakat banyak yang bilang surung…
surung. Makanya, disebut Pasar Surungan,” tuturnya.
Sedangkan versi
kedua, nama Surungan diambil dari kesibukan pembeli dan
penjual di pasar setiap hari. Pembeli selalu berdesak-desakan karena pasar ini begitu ramai. Mereka terpaksa saling mendorong untuk masuk ke dalam pasar. Kegiatan membuka lapak dagang dan melakukan jual beli dimulai pukul
00.00 hingga 07.00 WIB.
Apa pun versi ceritanya, Pasar Surungan hingga
saat ini menjadi salah satu aset Desa Penambangan. Oleh karena itu Pemerintahan desa Penambangan akan segera melakukan pengelolaan pasar tersebut. "Tahun ini diusahakan kami akan merampungkan Rancangan Peraturan Desa tentang Pengelolaan Pasar Desa Penambangan, karena akan sangat banyak memberikan kontribusi terhadap APBDes yang akan di optimalkan kegunaannya untuk pemberdayaan masyarakat khususnya Masyarakat Penambangan" tutur Abdul Hakim, Ketua BPD Penambangan.
"Selain itu Pasar Surungan yang dikelola secara profesional akan ikut menumbuhkan usaha wiraswasta baru dan membantu menggelindingnya roda perekonomian nasional", tambahnya.
(red)